"Kak, main ikoy-ikoy-an yuk!"
Buat pengikut instagram influencer Arief Muhammad, pasti tahu lah ya ikoy-ikoy-an. Tapi buat yang nggak ngikutin, pasti juga tau lah buset viral banget ini tu! Om Aji Sukma sampai cari game ikoy-ikoy di Appstore. Duh tulung, om!
Nah, saya mau jelasin dikit nih tentang ikoy-ikoy ke om Aji dan kalangannya. Jadi, ikoy-ikoy-an ini adalah sejenis giveaway yang diadakan oleh mas Arief. Cara mainnya, follower mas Arief tinggal DM saja sedang ingin atau butuh apa. Nanti kalau mas Arief berkenan, DM akan di-capture dan di-post di story mas Arief, dan permintaan akan dikabulkan.
Contoh:
🙍: "Mas, aku kepengen skincare biar glowing!"
💂: "Oke, Ikoy! Transfer ke mbak itu 2 juta ya untuk beli skincare!"
👤: "Aku belum pernah makan burger."
💂: "Ikoy, kirimin burger buat mas itu sekeluarga ya!"
Ikoy ini sebenarnya adalah nama asisten mas Arief. Karena mas Arief sering nyebut Ikoy, akhirnya netizen menyebut aktivitas ini dengan nama Ikoy-Ikoy-an. Untung namanya Ikoy. Enak nyebutnya. Coba kalau asistennya Joaquin Phoenix. Wah, kesrimpet tuh lidah netizen.
"Wah, bagus dong berbagi!"
Iya, awalnya bagus ketika masih di instagram mas Arief saja. Tapi ikoy-ikoy-an mulai menyebalkan ketika netizen mulai meminta, eh bukan, (( MENUNTUT )), akun-akun lain untuk melakukan hal yang sama. Padahal nggak semua orang kondisinya sama. Nggak semua orang itu punya sponsor ikoy-ikoy, kaya-raya dan sedang longgar keuangannya. Dan juga yang banyak dilupakan, nggak semua orang punya asisten yang namanya Ikoy. Saya punyanya kucing namanya Jimbeam. Dan Jimbeam nggak bisa disuruh transfer atau beliin burger, jadi saya nggak bisa main Jimbeam-Jimbeam-an.
Nggak usah akun ber-follower banyak. Bahkan saya yang itungannya rakyat jelata tapi keren yang akun instagram @racunwarnawarni follower-nya cuma 20k, juga kebagian kebanjiran DM netizen, "Kak, ikoy-ikoy dong, kak!" Tiga harian saya dibombardir DM ngajak main ikoy-ikoy. Saya update apapun balesnya ngajak main ikoy-ikoy. Ngomongnya ngajak main, tapi nggak mau gantian. Pokoknya harus yang ngajak yang dikasih, dan harus saya yang sebar-sebar duit mbuh duit siapa. Semacam ngajak main petak umpet tapi saya terus yang disuruh jaga. Kok apes ya?
Mereka bahkan nggak tanya, kondisi saya saat itu bagaimana? Apakah saya sedang membutuhkan sesuatu? Apakah saya punya dana berlebih untuk dibagi-bagikan? Nggak. Nggak mau tau. Nggak peduli pokoknya ayo ikoy-ikoy Arum harus sebar duit terserah duit dari mana nggak peduli Arum lagi nggak punya duit nggak peduli Arum lagi keluar banyak duit karena keluarga Arum sedang kena Covid pokoknya ikoy-ikoy kalau nolak namanya pelit!
Beneran lho, ada yang ngatain saya pelit karena nggak nanggepin ajakan (( MAIN IKOY-IKOY )). Influencer Abel Cantika juga dikatain "tidak dermawan" karena menolak main ikoy-ikoy. Dan nggak tau siapa lagi yang dimaki-maki netizen karena menolak ikutan ikoy-ikoy. Seakan-akan sedekah cuma bisa lewat ikoy-ikoy. Nggak mau ikoy-ikoy berarti berdosa banget calon bahan bakar neraka dan layak dicaci maki netizen.
Mintanya nggak malu-malu pula. Minta dengan memaksa ke orang yang nggak menawarkan (kalau cuma minta ke mas Arief yang memang menawarkan sih nggak masalah ya!). Yang diminta juga bukan barang kebutuhan pokok. Yang minta-minta juga orang yang sehat, masih mampu bekerja, dan tidak benar-benar butuh. Salah seorang sepupu saya, bapaknya kena covid dan dia update kondisi bapaknya di rumah sakit di IG story. Dan tepat di story soal bapaknya masuk rumah sakit, kok ya ada orang yang reply, "kak ikoy-ikoy dong! Bismilah dua juta."
Apa tidak terpikir ya kalau keluarga sakit itu butuh banyak biaya, pikiran, tenaga, dan waktu? Apa tidak tergerak untuk menyampaikan penghiburan semoga bapak lekas sembuh, seperti mahluk sosial pada umumnya?
Lama-lama jadi banyak yang berpikiran, ikoy-ikoy ini nggak mendidik blas! Menciptakan mental-mental pengemis dan begal online.
Kondisi setiap orang beda-beda. Nggak semua orang kaya raya tujuh turunan delapan tanjakan, dan bisa dengan gampang transfer 5 juta cuma untuk netizen yang pengen laptop baru. Saya sendiri, karena memang uang saya terbatas, jadi saya harus memikirkan benar-benar kemana uang saya disalurkan. Keluarga saya sendiri sedang butuh. Lalu di desa dekat rumah saya masih banyak juga orang yang, boro-boro mikir pengen skincare atau burger, wong buat makan nasi saja diirit-irit. Saya lebih ikhlas uang saya dialokasikan ke orang terdekat dan orang yang lebih membutuhkan dulu.
Tapi dengan segala keributan ikoy, saya pikir kalau saya diberi rejeki lebih dan keluarga saya sehat semua, saya tetap nggak mau ikut ikoy-ikoy. Karena ya itu tadi. Nggak mendidik dan malah membentuk mental pengemis online. Ikoy-ikoy memang bukan cara saya bersedekah.
Sedekah itu urusan pribadi sih. Cara masing-masing orang juga beda-beda. Ikoy-ikoy mungkin adalah cara mas Arief untuk berbagi. Tapi nggak bisa dipukul rata semua harus begitu. Beda orang beda cara, beda kemampuan, beda prioritas.
Dan nggak tau ya, menurut saya pesan yang hendak disampaikan permainan ikoy-ikoy ini nggak nyampe ke masyarakat. Mas Arief sendiri pernah nulis di IG story-nya, "Ikoy-ikoy adalah tentang berbagi".
Tapi orang-orang sama sekali nggak terinspirasi berbagi, malah terinspirasi meminta-minta.