Kalian pernah ngerasa nggak sih, bahwa kegiatan mandi adalah
kegiatan yang sangat membosankan? Ya bayangin aja, kita melakukan kegiatan
tersebut rata-rata sehari dua kali. Dengan aktivitas yang itu-itu aja. Tapi,
dari rangkaian kegiatan yang dilakukan saat mandi buat saya pribadi, aktivitas
keramas adalah yang paling menyenangkan, sakral, tapi juga yang paling malas
dilakukan.
Ritual keramas saya kurang lebih seperti ini:
- biasanya sejam sebelum masuk kamar mandi saya membalurkan minyak cem-ceman atau minyak zaitun di rambut.
- Kemudian setelah di kamar mandi baru proses mencuci rambutnya dimulai. Keramas pertama menggunakan shampo yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa minyak yang tadi saya pakai.
- Lalu keramas lagi memakai shampo yang sama.
- Kemudian step selanjutnya adalah memakai masker rambut atau krim creambath yang 3 menit bisa dibilas,
- dan ditutup dengan pemakaian kondisioner.
Namun, jika sedang tidak punya cukup waktu atau
malas keramas, biasanya saya datang ke salon favorit.
Noto Salon
Salon yang menjadi langganan saya untuk permasalahan keramas
singkat ini adalah Noto Salon. Salon ini cabangnya
banyak, jadi saya tidak harus mengeluarkan usaha terlalu besar untuk datang ke
sini. Masyarakat Jogja bagian utara kebagian Noto di daerah Condong Catur,
kemudian di sekitaran kampus ada di Mrican dan Sagan. Nah, buat masyarakat kota
Jogja yang beneran di tengah kota bisa datang ke Noto cabang Gayam.
Salon-salon
Noto ini tidak ada yang luas, bangunannya cenderung sempit yang menyebabkan
desain interiornya sangat praktis dan fungsional. Rata-rata, di setiap
cabangnya hanya menyediakan 4 kursi dan kaca untuk melakukan perawatan. Tapi
nggak usah bingung juga, pemiliknya cukup sadar bahwa usahanya ramai dan sibuk, oleh karena itu kursi tunggunya juga tidak kalah banyak.
Salon ini menerima perawatan untuk laki-laki juga. Jadi
jangan khawatir pacarmu tidak boleh masuk untuk menungguimu, bahkan kalian bisa creambath berdua, eh, beramai-ramai bersama pengunjung yang lain
juga lahhh. Kemudian, yang membuat Noto menjadi pilihan utama saya adalah
kapsternya yang tidak banyak bicara. Jadi kapster-kapsternya ini sebenarnya ramah, tetapi mereka menyesuaikan diri dengan pelanggannya. Kalau pelanggannya tidak
suka diajak melakukan pembicaraan panjang, seperti saya, maka mereka akan berbicara
secukupnya.
Untuk proses keramasnya sendiri tidak memakan waktu lama. Rata-rata menghabiskan 20 menit saja dan itu sudah termasuk kegiatan
mengantre. Pun ketika sedang sangat ramai (ramai versi Noto adalah antre 4
orang) tidak sampai mengganggu kegiatan sehari-harimu, karena yaitu tadi,
kapsternya cukup banyak. Mereka melaksanakan pekerjaannya dengan efisien, jadi
bisa dibilang manajemen waktu mereka juga cukup bagus.
Kursi salonnya empuk dan
cukup nyaman. Kan percuma juga sudah cantik paripurna maksimal tapi keluar dari
salon malah boyoken. Jika kalian
ingin merasakan sensasi masuk salon dengan rambut lepek dan keluar-keluar
cantik datanglah ke Noto dan bayar Rp 15.000 saja.
Honey Daily Salon
Salon langganan saya berikutnya adalah Honey Daily Salon
yang ada di distrik Pogung. Jam bukanya mulai
dari jam 9 pagi sampai jam 7 malam. Jika dilihat dari luar, bangunannya
terlihat seperti toko dengan kaca-kaca yang besar.
Desain interior di dalamnya
sangat berbeda dengan Noto. Ruangan pertama setelah pintu masuk diisi dengan
kursi-kursi tunggu untuk pelanggan, meja kasir, dan juga display toko makeup
milik Honey Daily. Sembari mengantre pelanggan diberikan kesempatan untuk window shopping atau belanja
produk-produk yang tersedia.
Jika masuk lebih dalam, di ruangan kedua terdapat tempat melakukan treatment yang terdiri
atas kursi keramas dan 4 meja dengan kaca yang sangat besar. Dibandingkan
dengan salon sebelumnya, suasana di Honey Daily lebih terasa nyaman. Seingat
saya selama datang ke sini, saya belum pernah mengantre. Saya pikir karena
letaknya ada di perumahan sepi dan sedikit nyempil, jadi tidak terlalu banyak orang mengetahui keberadaan Honey Daily. Ya, kecuali
mahasiswi-mahasiswi UGM yang menjadi mayoritas penghuni kos-kosan di daerah ini
atau pengunjung tetap kafe-kafe di sekitaran salon.
Yang saya suka ketika keramas di sini, kapsternya akan
mencuci rambut 2 kali menggunakan shampo kemudian baru dipakaikan kondisioner.
Sama persis dengan cara saya keramas di rumah. Tapi tapi tapi, kursi keramasnya
sungguhan tidak nyaman. Agak pegel juga menahan badan untuk duduk selama proses
pencucian rambut. Dengan harga cuci blow yang hanya Rp 5.000 sepertinya tidak
elok juga jika saya harus mengeluh tentang kursi keramasnya.
Oh iya, kebetulan saat
ini rambut saya sedang bondol jadi tidak butuh catokan di salon. Makanya, kalau
kalian ingin rambut yang catokan baday
harganya juga beda.
Ady Brendly Salon
Salon terakhir yang menjadi andalan saya untuk keramas
adanya di Wahid Hasyim, Ady Brendly namanya. Lokasi salonnya cukup strategis
karena ada di pusat keramaian mahasiswa Yogyakarta. Mungkin ini bisa menjadi
salah satu pilihan jika domisili atau mobilitas sehari-harinya berpusat di
Seturan.
Jika melihat daftar harganya, keramas di Ady Brendly dimulai dari
kisaran harga Rp 10.000 sampai Rp 20.000 tergantung dari panjang pendeknya
rambut. Tapi dari pengalaman saya dengan rambut yang super pendek ini, keramas
cuma bayar Rp 5.000. Mungkin kasirnya salah hitung. Atau saya yang salah ingat.
Tapi kayaknya bener kok.
Ketika masuk ke Ady Brendly, bisa dirasakan suasana seperti
salon yang ada di mall-mall besar di wilayah DIY. Ruangannya luas, terdiri
dari 8 kursi dengan kaca-kaca yang tinggi. Ruang tunggu pelanggannya juga cukup
nyaman menggunakan sofa besar. Keramas di salon ini tidak membutuhkan waktu
yang lama karena proses cuci rambutnya sangat simpel. Cukup membantu untuk
pelanggan yang terburu-buru atau memiliki waktu luang yang sedikit.
Sejauh ini, untuk tiga salon yang menyediakan keramas murah
versi saya, juaranya dipegang oleh Honey Daily Salon.
Pertimbangan
pribadi saya adalah jaraknya dekat dari rumah. Kemudian keramasnya enak banget
karena lama dan kapsternya mengeluarkan tenaga untuk memijat kepala, serasa lagi
creambath. Dan faktor terakhir yang membuat saya selalu kembali ke Honey Daily
adalah kapsternya tidak berusaha keras mengajak pelanggannya ngobrol. Tetapi
jika pelanggannya mau diajak ngobrol kapsternya akan menanggapi dengan fokus
dan berusaha untuk tetap nyambung ke pelanggan.
Kalian juga suka keramas di salon nggak sih?