Pengalaman liburan ini tadinya mau saya tuliskan di Besok Siang. Tapi saya tunda-tunda terus karena saya nggak dapet feel-nya untuk nulis soal ini di blog itu. Kayak nggak masuk aja suasana dan bahasanya. Makanya daripada ketunda-tunda melulu dan saya lupa, mending saya tulis aja di sini. Di Besok Siang akan saya tuliskan cuplikan pengalaman hidup minim faedah selama saya di Gili saja.
Ada tiga pulau kecil di sebelah barat laut Lombok, yaitu Gili Trawangan (atau lebih sering disebut GiliT), Gili Air, dan Gili Meno. GiliT ini adalah yang paling besar dan paling banyak fasilitas di antara ketiganya. Karena saya baru pertama ke sana, maka saya pilih GiliT dulu lah. Lain kali kalau ada rejeki, bolehlah kalau mau explore Gili lainnya. Karena saya belum terbiasa nulis soal traveling, jadi saya mencoba merangkum dari pertanyaan-pertanyaan teman-teman saja ya.
Sebelumnya mon maaf buat foto-fotonya yang terkesan tanpa estetika. Coz memang nggak kepikiran mau dibikin blogpost. Jadi ya seadanya sekedar untuk naik ke instagram dan buat kenang-kenangan pribadi aja.
Transportasinya apa?
Saya dari Jakarta naik Lion yang alhamdulilah waktu itu nggak delay. Karena saya mengambil waktu liburan pas low season, yaitu pertengahan maret, jadi saya dapet tiket mursida. Sekitaran Rp.500.000 saja untuk Jakarta ke Lombok.
Sampai di Bandara di Lombok saya dijemput oleh mas Wawan. Oh iya, untuk yang berminat explore Lombok, boleh lho menghubungi mas Wawan ini. Silahkan follow saja instagramnya: @wan_thelone. Mas Wawan ini orangnya asik banget deh. Dia banyak ngasih rekomendasi-rekomendasi tempat yang asik di Lombok, sayangnya saya nggak banyak waktu di Lombok :(.
kain khas Lombok di desa Sade |
Tempat makan rekomendasi mas Wawan di pantai Nipah. Ini di pinggir pantai persis. Ikannya seger dan plecing kangkungnya enaaaakkkk banget mau nangis pengen lagi T.T. |
Gara-gara saya pengen liat kain di Sade juga, akhirnya mas Wawan juga nganterin ke Sade. Padahal rencana awalnya mas Wawan cuma nganterin dari bandara sampai Ferry penyebrangan ke GiliT doang. Tapi apa daya incess banyak mau. Muahhaaha.. Oh iya, yang ngambilin foto-foto selama saya di Lombok ini mas Wawan juga. Pinter moto lho dia. Pokoknya super recomended deh buat hubungin mas Wawan. Harganya nggak bisa saya tulis di sini, tapi saya jamin sih nggak mahal. Sayang banget mas Wawan nggak ikut saya ke GiliT.
Dari Lombok, saya naik speadboat, sekitar 15-20 menit perjalanan aja ke GiliT, biayanya sekitar Rp.350.000 per-boat. Tapi jangan khawatir, kalau nggak ada budget, bisa naik kapal penyebrangan yang rame-rame gitu, harganya sekitaran Rp.15.000 - Rp.20.000-an aja. Cuma ya memang terjadwal, nggak bisa suka-suka kita mau naik jam berapa. Trus satu kapal rame-rame dan juga sampainya lebih lama dari speadboat.
sepeda sewaan |
Di GiliT-nya, saya menyewa sepeda untuk kemana-mana, harganya Rp.50.000 per hari. Memang di GiliT ini nggak boleh ada kendaraan bermotor, jadi trasportasinya ya jalan kaki, sepeda, atau Cidomo (semacam kereta kecil yang ditarik kuda). Kalau males nggenjot, bolehlah naik Cidomo. Tapi Cidomo ini mahal sih setahu saya, sekali jalan naik Cidomo bisa Rp.100.000+.
Dari GiliT kalau mau balik ke Lombok atau mau ke Bali juga gampang. Banyak banget agen-agen travel yang nyediain tiket. Saya dari GiliT ke Bali, naik kapal sekitar 2 jam, dengan harga tiket Rp.350.000.
suasana pelabuhan pas mau nyebrang dari Gili ke Bali |
Penginapannya gimana dan berapa?
GiliT ini basic-nya adalah sebuah pulau kecil yang dikondisikan untuk wisata di laut. Jadi di sepanjang pinggiran pulau, banyak banget hotel dan resort yang bisa dipilih. Saya sendiri menginap di Pinkcoco Hotel. Alasannya ya karena saya pengen menginap di pinggir pantai persis yang menghadap ke barat, pengen hotel yang ada kolam renangnya, ada wifi, dan juga pengen hotel yang menyediakan kursi-kursi santai dan berrybean bag di bibir pantai untuk sunset-an. Kebetulan suami saya juga pengen berburu video sunset, dan GiliT adalah pulau dimana kita bisa melihat sunrise sekaligus sunset. Kenapa nggak mau liat sunrise? Bukan nggak mau, tapi pesimis nggak bisa bangun :D. Kalau mau intip hotelnya bisa follow instagram @pinkcoco_hotels.
lihat sunset dari depan hotel PinkCoco |
Lagi-lagi karena low season, saya dapet harga murah, yaitu Rp.800.000-an per malam. Lupa sih jenis kamarnya, tapi pokoknya guede banget, kamar mandinya juga asik semi-semi outdoor, di teras kamar ada dipan dan kasur kecil buat kalau misalnya pengen bobok-bobok santai di luar, dan kamarnya menghadap kolam renang. Jadi kecelah, pagi-pagi bisa pemanasan dulu di kolam renang sebelum nyebur ke laut. Tapi jangan khawatir juga, kalau mau ngirit sebenernya ada kok penginapan-penginapan murah mulai dari harga Rp.150.000-an. Cuma memang lokasinya di dalam-dalam perkampungan penduduk, bukan di pinggiran pantai.
Di GiliT ngapain aja?
Berapa hari idealnya liburan ke GiliT?
Pas saya bilang mau ke GiliT 3 hari 2 malem, beberapa temen saya bilang: "Ngapain? Bosen lho disana nggak ada apa-apa!" Tapi nyatanya saya betah banget! Sampai extend jadi 4 hari 3 malem, dan buat saya itu masih kurang. Jadi kayaknya tergantung orangnya, kamu tipenya gimana? Suka kegiatan ciblon-ciblon di pantai nggak?
Saya sendiri, hari pertama karena sampainya udah sore, jadi ya cuma main air dikit di depan hotel, terus nge-beer sambil liat sunset. Baru hari ke dua saya cari spot pantai yang lumayan asik buat berenang seharian. Serius saya dari pagi jam 10 sampai sore jam 4-an saya berenang di pantai. Mentas kalau laper atau haus atau capek terus tiduran bentar di pantai kemudian berenang lagi. Pokoknya berendam terus sampai bego.
Hari ke tiga saya ikutan paket snorkeling tiga gili. Jadi ikutan kapal dan dianterin ke spot-spot snorkeling di GiliT, Gili Meno, dan Gili Air. Berangkat jam 9 pagi dan berakhir sekitar jam 3 sore di Gili Air. Biayanya per-orang Rp.125.000 saja (belum makan ya. Makannya kita diturunin di resto pinggir pantai di Gili Air, pesen sendiri bayar sendiri). Oh iya, ada juga paket snorkeling yang bisa booking satu kapal. Kalau nggak salah satu speadboat harga sewanya Rp.1.000.000 per hari. Seandainya saya rame-rame atau minimal berempat ke GiliT, saya lebih memilih paket yang ini. Soalnya kan enak, satu kapal buat pribadi, dan kita bisa memilih mau lebih lama di spot snorkeling yang mana.
Sorenya setelah snorkeling, saya lihat sunset sambil ayunan aja di depan hotel. Terus malemnya saya lempoh sumpah! Mau nyepeda beli makanan udah setengah hati karena capek banget seharian snorkeling. Tapi dipaksain coz ya masa makan di hotel doang, kan nggak seru.
ayunan depan hotel PinkCoco |
Hari keempat saya nggak mainan air sih. Saya bangun pagi dan iseng-iseng nyepeda aja keliling pulau, masuk-masuk ke pertengahan pulau juga, terus nyobain Gili Gelato yang terkenal itu, sempet mainan kucing juga di pantai. Dan siang jam 1, saya udah harus nyebrang ke Bali. Sedih sih, berasa kurang di Gili.
Terus kalau aktifitas malam sih kebanyakan party. Jadi di sepanjang pantai, banyak banget cafe-cafe yang giliran ngadain party kalau malem. Ya udah sih, mau kulineran, ikutan party, atau berenang/ pijet di hotel aja pilihannya. Soalnya duduk-duduk di pantai juga horor kalau malem, gelap dan sepi. Cuma memang nggak bisa pol-polan party kalau pengen menikmati pantai dari pagi sih.
Fasilitas di GiliT apa aja?
Suasananya gimana?
Ya lumayan kok. Ada hotel, cafe, bar, warung makan, warung eceran yang jualan perlengkapan pribadi (nggak lengkap), apotik, klinik kesehatan, dan toko bikini (mahal!). Terus ada agen-agen travel, yang selain menyediakan tranportasi ke pulau lain, juga nyediain paket-paket wisata gitu. Ya contohnya snorkeling tiga gili tadi. Terus ada paket seharian party di atas Ferry, tapi yang ini kok males ya, siang mah enaknya berenang. Dan masih banyak lagi paket-paket lain yang bisa dipilih.
Aktivitas-aktivitas di pantai |
Di GiliT ada kebijakan untuk nggak ngebolehin kendaraan bermotor. Tapi tetep tiati kalau jalan, takut ditabrak kuda. Jadi ya suasanya tuh enak deh. Rame, tapi ramenya bukan rame kendaraan bermotor. Berasa damai banget. Tenang. Terlebih lagi, nggak ada mall di GiliT. Nggak ada juga pusat perbelanjaan tempat beli-beli cinderamata. Jadi ya alhamdulilah nggak ada apa-apa yang bisa dijadiin oleh-oleh di sini. Bukan pelit ya, cuma males bok waktu liburan mepet kalau dititipin oleh-oleh macem-macem, belum lagi bawaan tambah berat. Yes, saya memang tipe yang nggak suka ribet sama oleh-oleh. Kalaupun ada temen yang liburan, saya juga nggak bakalan minta oleh-oleh kok.
Oh, ada yang namanya pasar seni. Tapi di sana sih jualan makanan aja. Ala-ala kaki lima pakai tenda-tenda, tapi terpusat di satu tempat. Makanannya rata-rata seafood segar dan sayur mayur khas sana.
Karena saya datang ke sana pas low season, di mana kalian para rakyat jelata kebanyakan sedang bekerja, jadi ya suasananya cenderung sepi. Kebanyakan yang kesana adalah turis mancanegara alias bule. Saya ketemu turis lokal cuma tiga kali doang. Semua fasilitas juga relatif lebih murah karena low season.
Penduduk lokal di GiliT amat sangat ramah. Mereka sangat menghormati wisatawan. Jujur ya, saya agak kurang suka ke Bali karena orang-orangnya udah mulai nggak ramah dan cenderung kurang ajar. Dulu saya bahkan punya pengalaman nggak enak sama beach boy di Nusa Dua. Jadi sungguh saya sangat respect sama penduduk di GiliT.
Makanannya gimana?
Saya sendiri agak kurang cocok dengan makanan di GiliT. Kurang masuk lidah jawa saya, berasa kurang berbumbu, kurang manis dan nggak pedes, soalnya pada nyesuaiin sama lidah bule. Udah gitu harganya relatif mahal. Makanya pas sampai Bali, saya kalap banget kulineran nasi campur dan babi guling Bali yang enak-enak banget itu.
Hari kedua di GiliT saya pengen pizza, dan akhirnya nyobain Pizzeria Regina, piza yang katanya paling enak dan terkenal se-GiliT. Tapi ternyata aneh di lidah saya. Rasanya cenderung asam, saus tomatnya rasanya tomat banget, nggak ada manis-manisnya. Kayaknya sangu kecap bango dan nyetok popmie udah yang paling bener deh selama di sana -_-.
GiliT sama Bali asyikan mana?
Duh, kalau nanya saya, ya asyikan GiliT! Memang sih fasilitasnya dikit, tapi semua yang saya cari untuk liburan ada di sana (kecuali makanannya). Saya memang lebih suka aktifitas main ke pantai, nyebur laut, liat pemandangan, (party dikit juga lah) dan sebangsanya kalau berlibur. Plus saya suka tempat yang nggak terlalu crowded. Jadi GiliT adalah pilihan yang tepat buat saya.
tenang dan nggak bising |
Tapi GiliT mungkin akan membosankan buat yang suka mall, pengen mejeng pakai baju bagus dan makeup, dan cari banyak fasilitas selama liburan. Di GiliT menurut saya juga kurang tepat kalau mau wisata budaya. Kalau tujuannya wisata Budaya, Bali jelas lebih kaya budayanya. GiliT adalah semua tentang pantai dan laut.
Baju apa yang sebaiknya dipakai dan dibawa selama di GiliT?
*saran ini bukan untuk teman-teman yang berhijab*
Baju yang nyaman! Yang bahannya adem dan nggak ribet. Jangan pakai baju panjang dan bahan jeans deh, karena bakalan gerah, berat dan ribet kalau kena air. Lebih baik bawa kaos, hotpans, dan tanktop yang bahannya tipis. Sama bawalah baju renang, kalau bisa lebih dari satu. Karena memang baju yang paling banyak dipakai adalah baju renang. Saya nyepeda dari hotel ke spot pantai tempat saya berenang, juga pakai baju renang doang kok. Nggak masalah, karena banyak yang begitu juga. Malah ribet kalau pakai baju dobelan.
Untuk baju renang, saran saya pilih bikini two pieces yang tali bahunya mudah dilepas. Biar apa? Biar NGGAK BELANG, sist! Saya salah malah pakai swimsuit, karena nggak pede sama perut yang progresif revolusioner ini. Tapi setelah sampai sana, kekhawatiran saya nggak beralasan, karena buanyaaakkk yang perutnya lebih maju tak gentar dari saya, tapi nyaman-nyaman aja pakai bikini. Toh nggak ada yang merhatiin juga. Terus kesalahan lainnya pakai swimsuit one pieces adalah, bahu saya jadi super sakit, karena ada tarikan dari atas ke bawah, sementara bahu saya pas kebakar karena seharian berjemur. Itu rasanya perih, gaes!
Menurut saya nggak perlu juga bawa makeup berlebihan dan aksesoris selama di GiliT, kecuali kamu selebgram dan mau sekalian hunting foto. Tapi hunting fotopun nggak bakalan close up muka kan? Karena pemandangan alam di sini jelas bakalan lebih indah daripada muka Raline Shah sekalipun. Apalagi muka standar cem kamu ya.
Makeup kalaupun bawa ya sekedarnya aja, banyak-banyak nggak akan kepakai juga. Percuma makeup karena ya aktifitasnya nyebur ke air, bakalan kehapus juga. Terus mau pakai aksesoris kemana? Wong seharian pakai bikini. Malah nyantol-nyantol lho entar. Mau dipakai pas party malemnya? Gelap, sist! Nggak bakalan kelihatan kok.
Ya kalau body-nya kayak Nikita Mirzani gitu. Kalau kaya kamu mah kepedean namanya!
Nih pantat! |
Seriuussss saya dapet komen ini mwahahahaha... Yang emosi malah suami saya. Gimana ya saya ngomongnya? Tapi niatan saya foto-foto bukanlah pamer body. Ya bayi baru lahir ceprot juga ngerti lah body saya jauh sama NikMir. Niatan saya adalah mengabadikan keindahan pulau, suasana sekitar, dan kebahagiaan saya. Termasuk bahagianya saya bisa pakai baju apa saja di sana tanpa dipandang aneh dan direndahkan (Ya tapi ternyata malah ada yang merendahkan di sosmed, sesama wanita pula yang seharusnya saling suport).
Ini nggak cuma berlaku untuk yang berpakaian terbuka aja. Bahkan yang berpakaian tertutup dan berhijab pun nggak ada yang memandang aneh kok di sana. Semua boleh berpakaian sesuai keinginannya. Dan saya sebagai orang waras, tentu lebih memilih pakai baju renang di pantai ketimbang pakai kebaya. Atau ketimbang kaos dan celana biasa, soalnya repot ya bok nyucinya! Kalau baju renang kan mudah dicuci dan gampang keringnya, terus ringkas dibawa-bawa. Kalau situ mau basah-basahan pakai kaos biasa cuma demi nggak pede sama body yang kalah sama Nikita Mirzani mah ya monggo. Kalau saya kokmlzyha.
Catatan: Pas saya di sana juga ada kok yang berhijab. Barengan sama rombongan saya pas snorkeling pula! Dan saya lihat sih mereka juga nyaman-nyaman aja pakai jilbap. Mungkin buat temen-temen yang berjilbab, boleh pilih pakaian yang simpel dan bahannya juga nyaman. Pas berenang juga ada kan baju renang khusus untuk hijaber ;).
Pakai sunblock apa biar nggak item?
Gaes, plis! Nggak ada sunblock manapun yang bisa bikin badan nggak item padahal main di pantai. Sunblock itu wajib karena melindungi kulit dari efek bahaya UV A dan UV B yang bisa bikin kulit kebakar dan kanker. Bukan biar nggak item. Kalau nggak mau item mah, nggak usah liburan ke pantai. Di rumah aja mainan kucing.
Pakai alis apa, kok dipakai main air di pantai masih awet?
Nah!! Ini saya juga baru nyadar loh. Alis saya masih awet aja padahal habis snorkeling. Tapiiii....soal ini akan saya bahas lain waktu ya ;).
Kesimpulannya gimana?
Biaya kesana menurut saya juga masih terjangkau, nggak mahal-mahal amat, apalagi kalau situ mau piknik sederhana dan cari-cari fasilitas yang murah. Saya pun nggak keberatan kok kalau piknik rame-rame sama temen-temen eug yang jelata itu, dan nginep di kamar seharga Rp.150.000an. Cuma memang kemarin lagi pengen rada nyombong aja mumpung ada duitnya. Mahalnya paling hanya di tiket pesawat ke Lombok-nya. Kalau saya sih mahal di tiket pesawat dan hotel aja. Selebihnya mau mahal atau murah, banyak pilihannya.
Aduuuuh baju renangnya bikin mupeng! Huahahha 😂😂😂 *fokusnya malah ke situ*
ReplyDeleteAku kalok ke Lombok atau Gili-Gilian nginep di rumah sodara, Mbak. Asyik deh. Jadinya gratis. Wkwkwk :p
Tapi pengen liburan bareng suami. Sayang suami belom punya :( *mendadak baper*
Hahahaa...itu salah kostum Bebyyy. Mending pakai two pieces deh, bneran!
DeleteWah senengnya kalau ada saudara yaaaa.
Semoga bisa lekas liburan bareng cuwamik yaaa :3
aku gatel ya mau sotosop foto mba arum sama kylie di pantai. posenya sama hihi
ReplyDelete(lalu dilempar sendal)
btw mba arum foto2nya romantis kalik! cie cie :D kebetulan aku punya rencana ke gili, mbak. makasih udah share yak. mayan buat nanti hehe
Akkk jangan ku tak bisa menerima kekalahan dari dedek Kylie hahahaa...
DeleteSama-sama. Selamat liburan ya ;)
(((Rakjat Djelataa)))
ReplyDeleteKenapa menyebut diri sendiri, rakyatku?
DeleteBoleh nih Mbak, bikin travel blog juga.
ReplyDeleteDian Sastro pasti kan sering piknik nantik :)))
Ini aku disuruh piknik bareng mbak Dian Sastro kah? :))
DeleteAaaakkk mauk!
"Jujur ya, saya agak kurang suka ke Bali karena orang-orangnya udah mulai nggak ramah dan cenderung kurang ajar."
ReplyDeleteah samaaaak...aku juga kemarin ke Bali, ampuuun dah manusia manusia nya gak asik banget. sepanjang linuran di Bali ketemunya aku kok ya sama orang yang gak ramah semua. bahkan di hotel pun cuma sauprit, padahal kan harus mengedepankan layanan gitu ya, tapi hedeeeh intinnya ora suka lah sama manusia-manusia disana. Jadi gak minat ke Bali lagi, prefer tempat lain aja hoam
Bali kayaknya udah nggak begitu ramah ya. Akupun kerasa banget pas nyebrang dari gili, begitu sampai Bali ketemu sopir travel, auranya udah beda :(
Deleteasik bangeeet kaya nya disana huhuhu pengen ikut kesana... ajak aku doong mba arum kalo ksana lagi #plaaak #digampar
ReplyDeleteYuk
Delete