Rame deh, rame! Saya terpaksa ikut arus. Padahal dibanding ngomongin soal full-day school vs half-day school, saya lebih kompeten di topik Royal Canin vs Proplan.
Soal full day school ini, terlepas itu baru wacana dan belum pasti akan diaplikasikan, tetep aja menarik buat jadi bahan rumpik.
Gimana pendapat temen-temen? Banyak mahmud kan disini? Kalau saya sih, no.
Alesannya:
"Kan biar jam pulang sekolah anak dan orang tua barengan. Jadi nggak ada jeda dimana anak tanpa pengawasan. Pagi sampai sore selama orang tua kerja, anak berada dalam tanggung jawab pihak sekolah. Sore sampai pagi dan saat weekend, anak bersama orang tua. Jadi sepulang sekolah anak udah sama sekali nggak dibebani persoalan belajar dan bisa quality time bersama orang tua."
Anak dan orang tua pulang bersamaan dalam kondisi yang sama-sama lelah dan stres. Yakin?
Terus kalau anak sekolah pulang pas jam pulang kantor, kebayang nggak sih macetnya kayak apa? Kalau di Jakarta, jarak yang wajarnya cuma 20 menit aja bisa sampai 2 jam loh kalau pas jam pulang kantor. Ngebayangin si anak udah sekolah dari pagi sampai sore, dan masih harus ditambah capek di jalan karena membelah macet itu kok, duh...
Lagian apa salahnya kalau quality time anak dan orang tua berupa kegiatan belajar? Memangnya orang tua nggak pengen ngelihat sendiri ya gimana kemampuan akademis anaknya dan apa yang dipelajari si anak selama seharian di sekolah?
Salah satu aktivitas anak: Tidur Siang |
"Sebenernya sama aja. Kalau kedua orang tuanya berkerja, kan saat jam-jam siang pulang sekolah anak-anak juga menghabiskan waktu di tempat les atau di day care."
Nggak sama sih menurut saya.
Karena pindah tempat, anak-anak jadi nggak jenuh karena mereka bisa bertemu dengan orang baru dan ganti suasana. Lagipula les nggak melulu soal pelajaran. Tapi bisa dengan menggali minat dan bakat anak di luar itu. Misalnya les piano, les nyanyi, les balet, ikutan sanggar tari, latihan olah raga, dan lain-lain. Orang tua dan anak bebas memilih kegiatan/ les yang sesuai dengan minat dan bakat anak selepas jam sekolah.
Kalau mau tetep di sekolah, yakin sekolah siap memfasilitasi berbagai macam minat dan bakat si anak yang banyak dan berbeda-beda? Anak A pengennya renang, anak B pengen nari bali, anak C pengen belajar komputer, anak D pengen belajar memasak, dan masih banyak lagi. Kasian kan kalau ada anak yang suka main piano misalnya, tapi di sekolah nggak disediain fasilitas untuk belajar piano. Sementara mau les di luar pun nggak bisa karena jam sekolahnya udah sampai sore.
"Di sekolah nanti juga nggak melulu soal pelajaran, sist! Nanti akan diciptakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan selama anak berada di sekolah supaya si anak nggak jenuh sampai sore di sekolah."
Balik lagi ke persoalan di atas, minat dan bakat anak beda-beda loh! Yakin sekolah bisa memfasilitasi semuanya?
Kok harus di fasilitasi? Ya harus dong! Wong si anak juga nggak dikasih pilihan buat mengembangkan minat dan bakatnya di luar. Wong waktunya aja habis di sekolah loh.
Dan percayalah, menghabiskan waktu untuk sesuatu yang bukan minat dan pilihan kita sendiri itu rasanya ya tetep aja bakalan menjenuhkan.
Aktivitas anak: berenang |
"Orang tua juga lebih lega karena selama berkerja anak berada dalam pengawasan guru."
Teman-teman saya yang guru pun banyak yang nggak pro sama full day school loh! Kalau jam kerja mereka ditambah, berarti ya tunjangan dan gaji mereka harus ditambah. Bener-bener ditambah dengan layak loh ya, bukan icik-icik buat syarat doang. Guru juga manusia, mereka juga punya keluarga dan butuh me time. Mereka juga mengorbankan sesuatu saat harus menambah jam kerja.
Belum lagi, guru itu, walau memang peduli sama siswa, ya tetep aja beda dengan orang tua. Perasaan sayang dan tanggung jawabnya ya saya rasa nggak sebesar perasaan orang tua terhadap anak sendiri. Nggak semua bisa ikhlas dititipin anak orang full day dan punya energi untuk siaga 100% full day.
"Ya gampang lah nanti. SDM diperbanyak dan kualitas dinaikin."
Uang sekolah nambah berapa yah?
Hmm...nambah gaji dan kesejahteraan guru jelas harus. Lalu nambah fasilitas-fasilitas sekolah yang menunjang kegiatan anak seharian. Misalnya: ruang istirahat/ bobok siang yang nyaman dan layak, fasilitas kesehatan yang bagus, fasilitas yang lengkap untuk mendukung minat dan bakat anak yang mestinya bisa dikembangkan di luar sekolah (alat musik, laboratorium, perpustakaan, lapangan, kolam renang, dapur, dll), kantin dengan menu makanan sehat dan menarik buat anak-anak.
Yawla.
Banyak.
Mahal.
Ngandelin anggaran pendidikan dari negara? Yok, berdoa sama-sama biar anggaran pendidikannya bisa dimanfaatkan secara benar 100% tanpa digerogoti sana-sini. Yawla aing negatip think-think amat yah :'(.
FYI, agak OOT, ini soal sekolah gratis aja mau ditinjau ulang loh katanya sama Mendikbud.
(sumber: https://m.tempo.co/read/news/2016/08/08/079794305/mendikbud-tinjau-ulang-kebijakan-sekolah-gratis)
"Ya kan mayan, sist. Orang tua bisa menghemat biaya day care."
Nggak semua keluarga masa kini itu papih mamih-nya kerja kantoran full time loh, seus. Ya itu mayoritas kehidupan kelurga kota besar aja sih. Yang di kota kecil dan di desa masih banyak kok yang jam kerjanya nggak setinggi di kota besar.
Lagian, sebentar sebentar! Ini kebijakan full day school lebih untuk kepentingan anak atau orang tua sih?
Saya jadi inget nih dokternya si Jimbeam. Dulu saya pernah konsultasi soal makanan Jimbeam. Karena satu dan lain hal, si dokter menganjurkan Jimbeam untuk makan Royal Canin aja. Saya sempet bilang ke dokter: "yah, Royal Canin kan mahal, dok?!" Lalu dokternya menjawab: "ya pertimbangan saya kan kesehatan si kucing, Rum. Bukan kesehatan dompet kamu. Ini kamu mau keputusannya lebih ke si kucing atau ke kamu?"
Hmm...YHA.
Aktivitas anak: bermain musik |
"Ah sekarang juga sebenernya udah ada kok sekolah yang full day begitu. Dan oke-oke saja loh!"
Ya oke-oke saja bagi yang mau dan mampu. Saya juga tahu sih sudah ada full day school di Indonesia yang bener-bener bagus. Kurikulumnya bener-bener dipikirin, SDM-nya juga pilihan dengan gaji yang nggak main-main, fasilitasnya nggak main-main, pun harganya juga ikutan nggak main-main. Sekolah itu cocok banget buat anak sekolah kota besar yang kedua orang tuanya berkerja.
Tapi itu kan pilihan, yes? Seperti yang saya bilang di atas,, nggak semua keluarga kondisinya seperti itu. Ada anak-anak di desa atau kota-kota kecil, yang biasanya jam kerja orang tuanya nggak sepanjang jam kerja orang tua di kota besar. Kayak saya dulu sih, mami saya pulang kerja jam 1 siang, saya pulang sekolah juga main di sawah. Ehehehe...
Mau menerapkan full day school di kota besar aja? Nggak semua keluarga di kota besar papih mamih-nya kerja kantoran full time. Temen saya mulai banyak yang melakukan pengaturan semacam: salah satu dari orang tua kerja dari rumah aja, jadi bisa sambil menemani anak. Ada juga yang kerjanya shift, biar selalu ada yang bisa diandalkan untuk mengurus anak di rumah.
Kebijakan full day school jelas nggak akan masuk untuk orang tua yang jam kerjanya fleksibel. Kebijakan ini cuma ngeliat keluarga di kota besar yang kedua orang tuanya kerja kantoran full time. Harusnya sih full day school ini nggak jadi kurikulum wajib. Kalau mau masukin anak ke full day school ya bisa lah kalau mau dan mampu. Tapi sekali lagi, itu harusnya tetep jadi pilihan saja, bukan wajib.
Saya nggak tahu kehidupan saya kedepannya gimana. Ada kemungkinan loh saya punya anak dan memutuskan kerja kantoran, lalu saya masukin anak di full day school karena memang butuh. Tapi menurut saya ya biarkan itu jadi pilihan. Buat orang tua yang nggak mau atau nggak mampu, nggak perlu juga diwajibkan untuk memasukkan anaknya ke full day school.
Udah ah. Rubik kekinian kali ini sotoy banget. Lebih sotoy dari soal Awk.
Baca: [Kekinian] Tentang Awk
Mau ketawa banget sama yang bilang nambah SDM dan naikin kuakitas gampang (ya SDM juga kudu berkualitas dong jangan fasilitas aja. Kan perkembangan anak terpengaruhi sama yg ngerawatnya).
ReplyDeleteSitu kira SDM bisa dibikin di pabrik kualitasnya dicek pake mesin? Hahahahahaha :'(((
Aku anak full time school dari SD sampe SMA. Dan rasanya? Ndak enak. #nuffsaid
Gampang.
DeleteKayak pengen njawab: gampang ndyasmu! :))))).
Hiks...nda ena ya? Pukpuk..
WHat makes me interested to continue reading the post is the pictures :3 #catladyalert
ReplyDeleteGambar aktifitas anak #senyumkeibuan
Deletehighlight tambahan buat SDM yang ditambah dan ditingkatkan. Sekarang aja anak ga bisa baca gurunya bukannya berusaha ngajarin malah teriak ke ortunya nyuruh si bocah dilesin. Lha guru macam apapula tu..kudunya malu anak didiknya belom bisa baca.bukannya diajarin malah lempar kesalaha.
ReplyDeletesatu lagi ses..eke ga kebayang mau brp banyak buku dan perlengkapan yang kudu dibawa si bocah pas pagi2. Biar di sekolah ada locker, anakku yg kelas 1 itu buku bawaan minimal 8 buku tulis dan 2 buku cetak gede tebel pulak. kebayang ga sih kl full day.
ohya btw, daycare mahal aja makanannya cm sup2an biasa yg hambar. lha opo maneh sekolah ? ujung2nya juga si bocah bakal bawa bekal sndri buat makan pagi siang dan sore.
Sekarang aja anak ga bisa baca gurunya bukannya berusaha ngajarin malah teriak ke ortunya nyuruh si bocah dilesin. --> Eaaaa seriusan?? Gini mau full day? Terus les membacanya kapan? Itu guru2 beneran pada siap nggak ya nanti full day dengan gaji dari negara ^^.
DeleteHuhuhu...iyaaa. Selama sistem yang ada aja belum beres, ya mana bisa kita percaya mau nambah jam. Mestinya memperbaiki dan meningkatkan yang ada dulu, baru boleh mikir mau tambah jam.
Ibuku guru SD negeri agak keberatan juga sama kebijakan ini. Terutama yang masih kelas 1,2,3 deh, kasian ke anak-anaknya. Jam belajar sekarang aja dengan kurikulum 2013 aja udah cukup berat buat anak. Setuju banget mba guru butuh me time, karena sebelum ngajar pun ibu aku harus belajar dulu tiap hari, supaya anak2 bisa ngejar target di kurikulum 2013.
ReplyDeleteDan sdm ditingkatkan itu masih abstrak nampaknya, soalnya guru honorer aja masih banyak, dan pengangkatannya susah. Belum lagi gajinya yg banyak dibawah UMK/UMR, dibebani jam kerja kaya gini, rasanya ndak manusiawi. Cpns tahun ini yg ada gada rasanya makin kasian mba :"(.
Dan disekolah juga ekskulnya pasti terbatas, dan rasanya treat ke tiap anaknya bakal kurang maksimal. Belum lagi si anak dan pengajar nya juga kelelahan mba, rasanya percuma sih
Satu lagi, anak-anak itu juga butuh refreshing, butuh main, dan butuh tidur siang biar sehat dan masa pertumbuhannya seimbang :D.
Setuju banget mba guru butuh me time --> Sahabatku profesinya guru, kakak sepupuku juga. Jadi ngerti banget lah soal ini.
DeleteIya, kok aku nggak yakin juga negara siap bener-bener meningkatkan kesejahteraan guru dengan layak. Kalau kiblatnya finland, di sono guru2 dibiayain sekolah sama negara sampe master. Gaji guru disono 2 kali lipat gari guru di USA. Lah disini? :(
memang ini masih wacana. belum jelas detail dari program itu. tapi pandangan sekilas, saya enggak setuju. capek kayanya,, kasian anak lama-lama di sekolah. walaupun ada istirahatnya, saya yakin mereka lebih nyaman istirahat di rumah dibandingkan di sekolah... belajarlah yang wajar2 saja... jika jam belajar lama tapi tidak berkualitas apa hasilnya?
ReplyDeletebanyak pandangan yang sudah menjurus ke 'nilai adalah segalanya', tanpa peduli apakah anak mengerti pelajaran itu atau tidak. mental anak2 juga pada lembek. kemampuan jelek, tapi dianya enggak mau dikasih nilai sesuai kemampuan. *tidak mau menerima takdir... xD lebay* klo dikasih nilai sedikit lebih kecil, pada ngambek, dikira guru jahat, guru pelit. padahal sih NGACA! situ udah faham materinya belum? saya dulu dikasih nilai 7 biasa aja. sekarang mah minimal harus dapat 9. =__= nilai 7 tuh udah termasuk angka merah kayaknya.
nah mental lembek gitu diperbaikinya dari mana? dari pendidikan rumah. Orang tuanya juga harus cerdas. harus tau kemampuan dan kelakuan anak itu bagaimana. banyak2 diskusi di rumah tentang kesulitan dia di lingkungan sekolahnya. kenapa di rumah? karena lebih nyaman ngobrol di rumah kalau sama orang tua mah.. :v
well,, sy setuju nih sama mba sekar program ini gak usah diwajibkan. optional saja.
memang ini masih wacana. belum jelas detail dari program itu. --> Tapi udah dilempar ke media dengan gegabah. Begitu dibahas, bilang saya dibully sana sini ^^.
Deletenah mental lembek gitu diperbaikinya dari mana? dari pendidikan rumah. --> setuju! Pendidikan karakter itu utamanya ya dari rumah, dari keluarga. Lingkungan luar termasuk sekolah cuma pendukung. Jadi kalau mau ngasih pendidikan karakter ke anak, bukan dengan menambah jam sekolah.
setuju sama me time anak-orangtua lewat ngerjain PR di rumah misalnya.
ReplyDeleteterus saya tiba-tiba kepikiran SD saya kalo misalnya beneran full day school diterapkan, kasian anak-anaknya lha wong letaknya di desa dan fasilitasnya nggak banyak menunjang minat dan bakat tiap anak, yang ada cuma perpus, kantin, sama mushola :(
Iya yang sekolah-sekolah di desa pa kabar ya? Ku rasa kalau anak usia SD awal main di sawah dan di kebun itu malah lebih "berilmu" daripada seharian mentok disekolah aja.
Deleteanak saya nggak mau berenang sendiri mbak.. Maunya berendam sambil terlentang dan harus kena kucuran air. Terus susah boboknya kalo nggak disetelin musik. Apakah anak saya reinkarnasi princess?
ReplyDelete:(
Wah, benar-benar reinkarnasi pricess ya. Besok sekolah bareng Jimbeam ya.
DeleteHahaha entah kenapa berasa lucu banget foto kegiatan anaknya jadi si Jimbeam. Aku juga setuju itu kalau dilakukan di kota besar yang emang orang tuanya sibuk sampe sore. Tapi lagi, ya itu sebenernya pilihan kan. Apa iya sekolah bisa memfasilitasi semua hal yang jadi interest si anak, kalo anaknya ada yang hobinya main saham gimana?
ReplyDelete(( main saham ))
DeleteIni komen paling bikin keselek :)). Yawda gapapa lah sist, kalau anakku mau main saham aku modalin + fasilitasin daripada main hati lelaki.
Apa iya sekolah bisa memfasilitasi semua hal yang jadi interest si anak --> Kalau sekolah swasta yang uang masuk dan uang bulanannya lebih mahal dari gaji aku itu sih percaya yah, pasti lah mampu ngasih fasilitas mumpuni. Lha kalau sekolah negri? Yang pendanaannya dari anggaran negara? Mimpi amat yaaa....
"Kebijakan ini cuma ngeliat keluarga di kota besar yang kedua orang tuanya kerja kantoran full time"
ReplyDeleteSetuju banget mbak, ini sama persis sama kata temenku yg bilang kebijakan ini cm ngeliat kondisi di kota besar. Aku aja yang udah gak ngalamin sekolah lagi gak setuju sama wacana ini. Kasihan ngebayangin anak2 dijejali sama pelajaran yang belum tentu sesuai sama minat mereka (dan belum tentu kepakai juga buat hidup mereka) dan gak bisa ngembangin yg sebenernya jadi minat dan bakat mereka karena waktunya sudah habis di sekolah.
Btw salah fokus terus aku sama kucingnya :D
gak bisa ngembangin yg sebenernya jadi minat dan bakat mereka karena waktunya sudah habis di sekolah. --> sebenernya ini ketakutan terbesarnya. Kasian banget kan ya. Seakan-akan belajar cuma bisa di sekolah, lalu si anak dikurung di sekolah dan nggak bisa mengexplore diri dan berkembang di luar sekolah
DeleteEike masih sekolah seus. Jelas nggak setuju :3 eike yg pulangnya baru jam setengah 2 aja ngerasa stress. Apalagi yg sampai seharian di sklh :3 pasti karena beban dan tekanan kurikulum ini :3
ReplyDeleteMalah,eike lebih seneng kalo di sekolah ada acara non akademik,pokoknya yg bisa memberikan kesempatan siswanya untuk jadi dirinya sendiri :3
Uhui...testimoni dari anak sekolahan :3
Delete#teamaniesbawesdan wkwkwkkw
ReplyDeleteEniwei rum..aku ga setuju sih fullday school pasti anak jenuh banget..dan kasiannn masak kerjaannya cuman belajar mulu..belom lagi les2 lain ga masuk diakal heheh
www.cleoputri.com
Kembalikan om Anies!! Hahahaha...
DeleteSebenernya bisa jadi masuk akal kalau sistem pendidikan di Indonesia juga udah bagus, Put. Udah ada kok beberapa sekolah "mahal" yg menetapkan full day school dengan materi yg nggak melulu pelajaran. Tapi kalau ngelihat sekolahan yg sekarang aja beginiiii....................
mungkin pak menteri lelah mbak.. kasian lho dibully sana sini hakhakhak :D
ReplyDeletebtw, anakku masih mau 2 tahun, udah kebayang gimana rempongnya seandainya fulldayschool jadi diterapkan. lagian, aku ga mau ntar anakku jadi lebih deket ke gurunya, bukan sama aku :(
Lha kalau nggak mau di bully ya jangan gegabah toh. Ini baru wacana, belum ada riset lebih lanjut, udah main caper ke media. Yasalam deh silahkan lelah pak :D.
DeleteAhahahaa...iya ya, jadnya lebih deket sama gurunya. Kasian banget mamanya ^^
saia jg ndak mao masukin anak ke puldaiskul ah,
ReplyDeletetar saia ibuknya dirumah tengaktenguk kecepian dong ah..
:p :p
Trus mamanya ikut sekolah :))
Deleteka arum, aku angkatan pertama korban kurikulum 2013. yang ini aja udah cape banget, ka. tiap hari presentasi. tiap malem begadang bikin powerpoint. dua kali seminggu bikin makalah. gak kebayang deh kalo sampe full seharian. harusnya mereka diskusinya sama para murid juga. kan kita tikusnya.
ReplyDeleteWah, sabar ya dear :(. Dan tetap semangaaattt!! Pokoknya sekolah yang pinter biar besok bisa jadi orang yang bikin kurikulum juga :3
Deleteiya ka, makasih. baru lulus ni ka. lanjut ke unpad, ilmu politik. ka, bikin post ttg make up ke kampus ya. hadiah buat kita2 yang mulai kuliah september ini ka...
DeleteSebodo-bodonya orangtua zaman 80-an mereka lebih tanggungjawab sama anaknya, sekarang... anak malah di hibahkan ke sekolah, kalau ada problem yang disalahin guru. pie to iki...
ReplyDelete:(
DeleteKok iya ya.
Err.. klo sekolah fasilitasnya ngga sip kok kayaknya bakal bosen bngt ya.. ituuuhhhh si pusnya imooott beneerr sess.. =)
ReplyDeleteIya fasilitas sekolahnya harus di-sip-in dulu baru deh mikir nambah jam sekola.
DeleteHihihi lucu yhaaaa
Halo Mbak Arum.. Udah lama jd silent reader nya Mbak nih, baru kali ini komen. Salam kenal ya Mbak..^^
ReplyDeleteBtw, well said bgt Mbak. Aku sepaham, mending FDS dijadikan pilihan saja. Yg mau monggo, yg nggak ya rapopo. Jangankan SD di desa, SD saya dulu di kota juga fasilitas minim, staf guru terbatas. Pas SMA dulu juga FDS, ditambah kemacetan Jakarta, jadi deh aku sampai rumah malam terus. Mama yg kerja malah udah sampai duluan. Haha..
Banyak juga ya yang pas sekolah FDS. Dan pada nggak setuju. Ahahaha.. momok banget kayaknya. Kecuali ya memang bener-bener bisa bikin kurikulum FDS yang asik dan nggak melelahkan baik secara fisik dan mental.
DeleteHalo mbak. Sebagai lulusan SMA negeri yang nerapin full day school, saya setuju sih kalo full day school enaknya optional. Dulu waktu denger ortu mau masukkin saya ke "sma 6 tahun" berasa ngeri sendiri tapi ternyata setelah dijalanin ya biasa aja (tapi ini fasilitas sekolahnya bagus dan setidaknya menunjang beberapa kegiatan non akademik lah). tapi big no banget kalo buat anak sd ya karena menurutku mereka masih butuh bimbingan orang tua dan butuh waktu main. kalo sma kan waktu mainnya bisa dikurangi karena persiapan kuliah.
ReplyDeletesetuju banget soal mengembangkan minat dan bakat, fasilitas harus bagus dan guru juga harus niat yg berdampak pada uang sekolah ya (jadi biayanya cukup diatas rata2 sma lain).. dan kayaknya terpenting anaknya harus siap mental mbak, karena yg menjalani kan anak, jd harus ada semacam kompromi orang tua dan anak.
sekali lagi saya kurang setuju untuk anak sd, untuk sma bolehlah kalo mampu
Padahal wacana FDS kemarin itu buat anak SD dan SMP :))
Deleteketambahan kurikulum 2013 sekarang yg kebanyakan kita harus aktif bikin presentasi dan makalah udah kayak anak kuliah :") biarlah anak sd dan smp menikmati masa anak2nya
ReplyDeleteIya aku denger tuh soal kurikulum 2013. Tapi ku malah oke oke aja. Hahahaha.. Suka sebel soalnya sama guru yang nyuruh menghafal mencatat menghafal mencatat. Percuma hafal kalau nggak paham >'<
Delete:D