jalur menuju Bias Tugel |
Kalau ngomongin Bali, pasti banyak yang udah bosen. Semua bilang Bali udah so last year. Terlalu mainstream. Udah terlalu ramai, nggak spesial, dan nggak asique lagi. Bahkan di post #DekArumPiknik tentang Gili Trawangan, saya juga sempat membandingkan karakter masyarakat Lombok dengan Bali, dan menampilkan masyarakat Lombok sebagai pemenang.
Baca juga: Suasana Tenang Di Gili Trawangan
Tapi sebenarnya Bali itu masih punya daya tarik tersendiri. Di luar macetnya, crowded-nya, mulai mahal biaya hidupnya, dan karakter masyarakatnya yang beberapa mulai "kurang ramah", saya masih selalu tertarik untuk kesana dan kesana lagi. Dan saya nggak heran sih, seseselebgram yang konon penghasilannya 32juta per hari dan mestinya bisa milih plesiran ke Zimbabwe sekalipun, masih tetap memilih ke Bali sebagai tujuan piknik. Karena saya kalau disuruh milih, wisata belanja ke luar negri atau mantai di Bali, walau gratispun saya lebih milih pantai.
Sejak dulu saya memang suka banget sama Bali. Udah dari zaman remaja kali ya, saya doyan bolak-balik ke Bali. Mantan pacar saya dulu ada yang stay di Bali. Udah gitu pas pacaran sama mas Suami yang sekarang, itu juga posisinya dia kerja di Bali. Jadi saya memang kayak udah kesetanan bolak-balik ke sana mulu kayak Awkarin. Dan sampai sekarang, saya masih belum bosen sama Bali. Hmm..ya mungkin faktor kenangan juga sih. Karena banyak hal-hal manis bersama mas Su dan mas mantan NGGAK DENG NGGAK DENG yang saya alami di Bali.
Banyak banget alasan-alasan yang bikin saya cinta sama pulau yang satu itu:
Pantai-pantainya
Bias Tugel |
Sebenernya Bali ini tipe love it or leave it sih. Daya tarik utama pulau Bali menurut saya ada di pantai-pantainya. Mainan ombak dan pasir di pantai, jelas sepaket sama terik matahari dan kulit yang gosong. Jadi kalau kamu tipikal orang-orang yang pendak byar DM saya: "Kak, gimana caranya mutihin kulit?" dan "Kak, sunblock apa yang bikin kulit nggak item?" Kamu nggak bakalan suka sama Bali. Dan nggak masalah kok nggak suka ke pantai, karena banyak destinasi piknik lain yang juga asik-asik. Kayak teh Reiny yang lebih memilih wisata belanja ke Jepang dibandingkan berjemur di Gili, karena teh Reiny banyak duitnya dan tydac suka main panas-panasan.
Saya kebetulan jenis mahluk air, seneng banget kalau ketemu air, terutama air laut. Saya kalau udah ketemu sama air laut, dijamin susah mentas. Dan ketambahan lagi, saya juga bukan tipe yang takut berkulit gelap. Buat saya kulit terang atau gelap, nggak ada positif atau negatifnya sih, lebih kayak variasi aja. Ya maklum muka eug udah kece mentok. Mau kulitnya terang ataupun gelap ya tetep aja kece. Orang kece mah bebas. Kalau dapet kesempatan piknik, saya juga selalu memilih daerah yang banyak pantainya. Jadi sudah bisa dipastikan kalau saya termasuk ke dalam golongan manusia yang cinta sama Bali.
Baca juga: Buku Impian Bali & Jogja
Ada yang bilang kalau pantai-pantai di Bali itu udah nggak asik, udah terlalu ramai. Hmm...mungkin kamu yang kurang eksplorasi Bali. Dulu jaman saya kuliah, kalau ke Bali, saya suka mampir ke Padang-Padang Beach. Padang-padang ini adalah pantai tersembunyi, yang untuk mencapainya kita harus jalan menanjak dan menurun melalui sebuah gua.
Nah, kalau kemarin itu, tujuan utama saya adalah sebuah pantai di bagian timur pulau Bali, di Desa Padang Bai, Karangasem, yang kebetulan memang belum banyak di eksplorasi oleh turis, jadi masih cenderung sepi. Namanya pantai Bias Tugel, yang akhir-akhir ini sering disebut sebagai salah satu pantai tersembunyi yang tercantik di Bali.
Bias Tugel |
Nah, kalau kemarin itu, tujuan utama saya adalah sebuah pantai di bagian timur pulau Bali, di Desa Padang Bai, Karangasem, yang kebetulan memang belum banyak di eksplorasi oleh turis, jadi masih cenderung sepi. Namanya pantai Bias Tugel, yang akhir-akhir ini sering disebut sebagai salah satu pantai tersembunyi yang tercantik di Bali.
Bias Tugel ini, sesuai namanya, adalah satu kawasan pantai kecil yang tersembunyi. Buat mencapai pantainya, kita harus tracking dulu sedikit.. Tapi semua terbayar kok setelah sampai ke sana. Pantainya indaaahh banget dan masih sepi. Waktu saya kesana, sama sekali nggak ada turis domestik. Cuma ada sedikit turis mancanegara dan suasananya nggak rame juga.
perjalanan menuju Bias Tugel |
Pantai ini disebut tersembunyi, karena di bagian kanan dan kirinya terdapat karang yang menjulang tinggi, yang membuat wilayah ini seolah terisolasi dari pantai-pantai lainnya. Bagian karang-karang tersebut juga menarik untuk dipanjat dan disusuri. Tapi hati-hati ya, jangan sampai terpeleset saat memanjat karang. Dan bagian karang ini cakep banget buat foto-foto.
Pas menelusur salah satu karangnya, saya nemu karang tempat pecahan ombak, yang setiap ada ombak pecah, langsung muncul bias pelangi kecil sekejab. Gitu terus pelanginya hilang dan timbul, seiring ombak yang memecah karang. Dan itu gilaaaaa bagus banget pengen nangis. Saya kalau liat yang kayak beginian suka takjub dan mendadak religius deh T.T.
Pas menelusur salah satu karangnya, saya nemu karang tempat pecahan ombak, yang setiap ada ombak pecah, langsung muncul bias pelangi kecil sekejab. Gitu terus pelanginya hilang dan timbul, seiring ombak yang memecah karang. Dan itu gilaaaaa bagus banget pengen nangis. Saya kalau liat yang kayak beginian suka takjub dan mendadak religius deh T.T.
Terus kalau berani menembus ombak dan ke tengah sedikit, lokasi ini bagus buat snorkeling. Ikannya banyak dan airnya jernih. Suami saya yang berani ke tengah sih, saya nggak berani. Beneran ombaknya gede banget! Kata suami saya, ikannya kecil-kecil, banyak dan bagus-bagus banget.
BARU NYADAR LENGAN EUG SEBELANG ITU GARA-GARA PAS KE GILI PAKAI SWIMSUIT NGGAK PAKE BIKINI T.T |
Sayangnya pantai sepi begini, biasanya fasilitasnya juga minim. Nggak ada tempat bilasan di pantai ini. Jadi selesai berenang, saya harus ganti baju dan pulang dengan badan penuh pasir. Kalau kamu bawa mobil pas ke sini, pastikan bawa plastik atau kertas koran buat lambaran jok biar nggak kotor. Atau kalau memang tujuan utamamu ke sini, sebaiknya nginep di vila-vila atau penginapan di dekat-dekat sini aja.
Oh iya, info tambahan, untuk masuk ke kawasan pantai Bias Tugel, kamu cukup bayar biaya parkir aja Rp.10.000,- sama siapin energi buat tracking dikit. Terus nanti kalau sudah sampai, bisa sewa kursi pantai buat berjemur. Saya kemarin sih kena Rp.100.000,- untuk sepasang kursi lengkap dengan payung, dan bisa dipakai seharian penuh. Tapi kalau nggak mau sewa kursi, ya bawa kain pantai atau handuk lebar aja buat digelar dipinggiran pantai. Di sana juga ada warung-warung sederhana, yang jualan kelapa muda, minuman kemasan, beer, dan pop mie. Terus mereka juga menyewakan gudang buat ganti baju, per orang Rp.5000,-. Cuma ya itu tadi, mereka nggak menyewakan kamar mandi.
Tapi kalau suka dengan pantai yang banyak fasilitas, lebih banyak lagi pilihannya di Bali. Yang paling mainstream Kuta dan Sanur kali ya? Kalau saya kemaren juga sempet piknik keluarga, sama tante, ponakan, dan ibu in law ke Pandawa Beach. Pantai Pandawa ini juga merupakan pantai yang tersembunyi di balik tebing dan sangat indah. Tapi lokasinya nggak sekecil Bias Tugel. Pantainya luas dan sudah dikelola serta sudah banyak turis yang tahu.
Pandawa Beach |
Nggak perlu tracking mah kalau mau ke Pandawa. Cukup duduk manis di mobil, parkir, dan jalan dikiitt aja udah sampai ke Pantai. Fasilitas di sini juga banyak, mulai dari pedagang yang jual makanan, kain pantai, sampai persewaan kano dan kamar mandi juga ada. Karakter pantainya juga relatif tenang, nggak banyak ombak, enak buat berenang dan tentunya lebih aman kalau bawa anak kecil karena lebih banyak yang mengawasi. Sayangnya nih, pantainya termasuk ramai turis domestik. Agak nggak nyaman sih kalau mau pakai bikini dan goler-goler biar itemnya rata. Lebih cocok buat piknik sekeluarga.
Selain dua pantai yang saya kunjungi kemarin, masih banyak pantai-pantai lain yang bisa dijadikan pilihan. Bali itu pulau kecil yang dikelilingi pantai, dan rasa-rasanya sebagian besar garis pantainya sudah dikelola dengan baik agar nyaman dijadikan tempat piknik.
Selain dua pantai yang saya kunjungi kemarin, masih banyak pantai-pantai lain yang bisa dijadikan pilihan. Bali itu pulau kecil yang dikelilingi pantai, dan rasa-rasanya sebagian besar garis pantainya sudah dikelola dengan baik agar nyaman dijadikan tempat piknik.
Kebebasannya
Nggak, saya nggak ngomongin pakai baju minim atau seksi! Ini lebih ke perasaan bahwa saya bebas pakai baju apa saja tanpa dipandang aneh oleh orang-orang di sekitar. Saya bisa meninggalkan high heels dan baju-baju fashionable tapi sumuk dan nggak nyaman di Jakarta. Karena suasananya memang suasana liburan, jadi semuanya mementingkan kenyamanan. Mau terbuka atau tertutup juga nggak ada yang memandang aneh. Dulu suami saya sempat lama kerja di Bali. Kalau ke kantor, suami saya cukup pakai kaos dan celana pendek. Hal yang nggak mungkin bisa dilakukan di kantor-kantor di tempat lain kan?
Sebenernya ngomongin pantai, di kota sekitar Jogja juga banyak pantai. Tapi saya nggak bisa bayangin pakai bikini di pantai-pantai di pinggiran Jogja. Pasti banyak yang ngeliatin aneh. Sukur-sukur kalau cuma diliatin, lha nek dibalang pacul? ^^.
Kalau ke pantai, saya memang lebih suka pakai bikini. Bukan sok seksi ya, toh body saya juga gitu doang nggak seseksi kamu. Cuma memang pakai bikini itu lebih nyaman dan terutama menghindari belang. Saya nggak keberatan sama sekali dengan kulit menghitam, tapi kalau kulit belang, sebisa mungkin kan harus dihindari. Kalau pakai bikini yang minim, belangnya lebih tersembunyi. Jadi kulit saya menghitamnya cantik gitu lho, lebih rata.
Saya merasa perlu ngomongin ini untuk ngasih tahu kalau orang-orang yang pakai pakaian seksi atau bikini itu nggak selalu karena pengen pamer body ke situ. Dan bukan (catet ya: BUKAN) minta dilecehkan atau alesan-alesan lain yang merendahkan. Ada juga yang yaa...karena memang merasa nyaman pakai itu atau punya alasan khusus, kayak saya yang pakai bikini karena nggak mau kulitnya belang. Semua orang berhak pakai baju apapun sesuai selera dan kebutuhannya, asalkan tau sikon (ya nggak mungkin juga kan pakai bikini ke mall?). Nggak perlu maksa-maksa orang lain untuk berpakaian sesuai maumu, dan nggak perlu membuli yang nggak sesuai maumu, toh pilihan mereka nggak merugikanmu. Ini berlaku untuk baju apapun ya, bukan cuma baju seksi. Karena saya juga beberapa kali melihat yang bajunya tertutup pun nggak luput dibuli.
Saya merasa perlu ngomongin ini untuk ngasih tahu kalau orang-orang yang pakai pakaian seksi atau bikini itu nggak selalu karena pengen pamer body ke situ. Dan bukan (catet ya: BUKAN) minta dilecehkan atau alesan-alesan lain yang merendahkan. Ada juga yang yaa...karena memang merasa nyaman pakai itu atau punya alasan khusus, kayak saya yang pakai bikini karena nggak mau kulitnya belang. Semua orang berhak pakai baju apapun sesuai selera dan kebutuhannya, asalkan tau sikon (ya nggak mungkin juga kan pakai bikini ke mall?). Nggak perlu maksa-maksa orang lain untuk berpakaian sesuai maumu, dan nggak perlu membuli yang nggak sesuai maumu, toh pilihan mereka nggak merugikanmu. Ini berlaku untuk baju apapun ya, bukan cuma baju seksi. Karena saya juga beberapa kali melihat yang bajunya tertutup pun nggak luput dibuli.
Makanannya
Saya tergila-gila sama nasi campur babi guling ala Bali. Udah deh, nggak perlu ngasih tahu yang di sini lebih enak, yang di sono paling enak. Buat saya sih, nasi campur Bali tuh ngasal kita ndeprok di bakul pinggir jalan aja udah enak, nggak perlu rekomendasi ina inu dan nyari sampe ribet. Semua enak!
Kalau kamu nggak makan Babi, nasi campur ayam di Bali juga enak. Yang paling terkenal sih Nasi Campur Ayam Bu Oka. Sayangnya mbak-mbak server di Bu Oka judes-judes banget :(. Tapi saya pernah asal makan nasi ayam nggak ada merek-nya juga sama enaknya. Kayaknya saya memang cocok sama taste masakan Bali.
Psstt...saya dapet tips makan di Bali nih dari tante saya yang orang sana. Kalau kamu suka nasi campur babi, lebih murah kalau takeaway. Jadi di Babi Campur Bu Chandra misalnya, kalau makan di tempat satu porsi bisa Rp.45.000,-, tapi sebenarnya kalau takeaway kita bisa minta Rp.15.000,- aja, dan porsi yang kita dapat pun sama persis. Wow :D.
Kalau nggak mau nasi campur, makanan lain juga banyak yang enak kok. Saya paling suka sama "Satay Babi Bawah Pohon" di Kuta. Itu dari dulu jaman namanya masih "Sate Penyu" dan harganya masih Rp.10.000 per porsi selalu jadi favorit saya. Sekarang namanya udah ganti dan harganya naik sampai Rp.30.000-an, dan saya masih suka banget.
Kalau di Jogja, saya punya langganan namanya Nasi Campur Bali, Bu Komang. Sayangnya di Jakarta memang jarang banget ada tempat makan dengan taste ala Bali. Jadi setiap ke Bali, berat badan saya pasti naik deh karena kalap makan.
Budayanya
Sudah banyak yang tahu, kalau kehidupan masyarakat Bali itu masih kental dengan nuansa adatnya. Kita bisa lihat berbagai ritual adat Bali dan agama Hindu yang bercampur menjadi satu di setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Adik ipar saya kebetulan suka fotografi, dan katanya Bali merupakan objek yang sangat menarik di setiap sudutnya. Ya bayangin aja, bahkan rumah penduduk pun bentuknya unik dan khas.
Saya ke Bali kemarin dalam rangka ulang tahun pernikahan saya dengan Suami, dan kebetulan juga sepupu ipar saya, Disti, menikah dengan orang Bali. Jadi nyambung gitu acaranya, setelah piknik, saya lanjut ke nikahan sepupu. Dan menarik banget lho melihat pernikahan adat Bali yang sesungguhnya, terasa indah dan eksotis. Saya excited banget sepanjang acara, karena saya memang belum pernah melihat pernikahan ala Hindu Bali.
Gara-gara sepupu saya nikah sama orang Bali ini, saya jadi banyak mendengar dan membaca mengenai budaya Bali. Dan memang bener-bener menarik sih. Rasanya pengen nulis semua, tapi kok kepanjangan ya :D.
Buat yang ingin wisata budaya juga, banyak kok tempat-tempat di Bali yang menyediakan pameran budaya. Entah sendratari, Pura, atau sekedar tempat yang menceritakan mengenai sejarah-sejarah yang terjadi di Bali. Bisa banget dijadikan selingan seandainya bosen sama pantai. Bahkan tanpa secara khusus mengunjungi tempat-tempat tersebut, kita bakalan sering ketemu kok sama arak-arakan upacara adat misalnya, karena ya itu tadi, adat Hindu Bali memang masih sangat kental di setiap aspek kehidupan masyarakatnya.
Baca juga: Pada Suatu Pagi Di Pegunungan Tengger
Oh iya, karena budaya Bali ini masih sangat kental di kehidupan masyarakat sehari-hari, jadi poin kedua mengenai kebebasan, sebenernya tetap harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Ada tempat-tempat tertentu di Bali yang nggak bisa dikunjungi oleh perempuan yang sedang menstruasi atau sedang hamil. Ada juga tempat-tempat yang mengharuskan kita pakai kain khusus untuk mengunjunginya, dan terutama kita juga harus menjaga sikap dan tutur kata. Belum lagi ada sesajen di setiap sudut bangunan bahkan di tengah jalan, yang nggak boleh kita perlakukan sembarangan.
Menghormati budaya dan agama yang dijalankan di sana bukan berarti kita musrik. Tapi ya memang harus begitu. Ibaratnya kita bertamu, ya kita harus menghormati pemilik rumah dong. Kita nggak boleh dengan sengaja menendang atau mengobrak-abrik sesajen yang menghalangi jalan kita.
Banyak cerita dan mitos yang dipercaya di sana terkait hal ini. Saya sendiri bukan tipikal orang yang percaya 100% dengan mitos. Tapi saya tetap menghargai dan menghormati, karena sudah keharusan seorang tamu untuk menghormati tuan rumah, dan saya nggak mau jadi tamu yang ignorant.
Banyak cerita dan mitos yang dipercaya di sana terkait hal ini. Saya sendiri bukan tipikal orang yang percaya 100% dengan mitos. Tapi saya tetap menghargai dan menghormati, karena sudah keharusan seorang tamu untuk menghormati tuan rumah, dan saya nggak mau jadi tamu yang ignorant.
Ada yang suka juga dengan Bali? Kalau kamu, apa alasannya?
Setuju banget kalo Bali ini tipe Love it or Leave it. Temen-temenku suka pada bingung, kok sering banget sih ke Bali, ga bosen apa tiap taon kesana, ga pengen jalan-jalan ke tempet lain? Tapi gimana yaa, uda jatuh hati sama Bali sejak liburan pertama kesana sih. Suka banget sama suasana "everyday is holiday"nya, terus ritme disana juga lebih santai & pelan dari Jakarta, pantai-pantainya yang bikin betah ngegalau sambil ngejer ombak ala ala ftv, sama makanannya! Sate penyu itu makanan wajib banget deh kalo kesana. Hahaha Aduh, jadi pengen kesana lagi deh. :')
ReplyDeleteIya bangeeetttttt. Temen-temenku banyak yang nggak suka sama Bali. Tapi ku cinta uhuhuhu... Piknik bareng yok ^^
DeleteMesti gue bookmark nih artikel.. sapa tau nanti ada kesempatan bisa kebali :( mungkin dengan kedua anak gue dan suami.. hehehehe..
ReplyDeletePingin ke pantai, pingin ke ex machina, pingin ke senstia, pingin spa ala balinya wkwkwkwk
Amiinnn. Ke Bali bersama Dek Arum mau ndak, Bund?
DeleteBali emang selalu ngangenin sih yaaah
ReplyDeletewww.deniathly.com
Bangettt. Ayok lah kita piknik bareng pan kapan :D
DeleteAda juga pantai Balangan di Deket Uluwatu..bagus bnyk jalan masuknya tinggal pilih mau yg ala ngebolang ato yg biasa.bisa di search qaqa arum
ReplyDeleteWaa thanxissstt. Besok kalau ke Bali lagi kucari ;)
Delete"Sebenernya Bali ini tipe love it or leave it sih."
ReplyDeleteIni aku ngerasa kesentil bukan gara-gara aku terobsesi putih, tapi karena aku merasa jadi orang Indonesia karbitan karna ga pernah ke Bali nih mbak Arum. :P
tydac perlu kesenti seus. Banyak kok tempat lain di Indonesia yang bagus-bagus, nggak cuma Bali. Ini cuma pendapat pribadi aja ;)
DeleteJadi mau ke Bali lagiiihhh ðŸ˜
ReplyDeleteYuk ;)
Delete